Technical analysis dapat diartikan sebagai metode analisa yang mempelajari statistik yang dihasilkan oleh kegiatan pasar. Technical analysis didasari konsep pemikiran bahwa sejarah akan berulang, jadi history pergerakan harga dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan harga yang akan terjadi. Dalam prosesnya technical analysis mengunakan 3 sarana utama yaitu chart (grafik), trend (tren), dan indicator (indikator). Tiga hal tersebut memiliki peranan penting dalam keberhasilan penggunaan technical analysis untuk memprediksi pergerakan harga. Adalah keharusan bagi Anda untuk mengetahui dan memahaminya dengan baik.
1. Candlestick Chart
Dalam forex, chart (grafik) merupakan media yang menampilkan pergerakan harga/nilai tukar mata uang. Grafik umumnya merupakan komponen utama dan dominan dalam setiap trading software (termasuk MetaTrader). Berdasar bentuknya, grafik dibedakan menjadi 3: Curve (Grafik garis), Bar (Grafik batang), dan Candlestick (Grafik Lilin).
![]() |
Grafik Grais (Curve) |
![]() |
Grafik Batang (Bar) |
![]() |
Grafik Lilin (Candlestick) |
Grafik yang umum digunakan oleh banyak trader adalah Candlestick (termasuk saya sendiri). Bagi Anda yang baru mengenal forex dan pertama kali melihat grafik, pasti akan bingung tentang bagaimana membaca grafik tersebut. Jangan khawatir, saya akan membahas secara detail tentang candlestick chart.
Grafik Candlestick pertama kali ditemukan dan digunakan oleh orang Jepang. Pada mulanya grafik candlestick digunakan untuk mengetahui pergerakan harga komoditi beras. Karena memiliki banyak kelebihan candlestick akhirnya juga digunakan oleh para trader di dunia barat. Grafik candlestick memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan grafik lainnya yaitu:
- Grafik candlestick dapat menunjukkan dengan baik komposisi supply dan demand yang berlaku dalam pasar.
- Grafik candlestick dapat dengan jelas menunjukkan tren pergerakan harga serta seberapa besar kekuatan tren tersebut.
- Grafik candlestick mampu memberitahukan signal tren reversal (pembalikan tren) lebih awal sehingga memungkinkan kita untukmemaksimalkan profit
- Grafik candlestick dapat dengan mudah dikombinasikan dengan berbagai indikator penting lainnya yang akan sangat membantu dalam melakukan eksekusi trading.
Pada dasarnya candlestick terbentuk karena adanya pergerakan harga. Diperlukan open (harga pembukaan), close (harga penutupan), high (harga tertinggi), dan close (harga terendah) untuk membentuk sebuah candle. Berikut beberapa ilustrasi dari candle yang akan membantu pemahaman Anda.
![]() |
Bearish Candle & Bullish Candle |
Gambar diatas merupakan gambar 2 buah candle. Candle A merupakan bearish candle (candle yang terjadi karena penurunan harga) dan candle B merupakan bullish candle (candle yang terjadi karena kenaikan harga).
Pada ilustrasi di atas Anda dapat melihat bahwa sebuah candle terbentuk dari open, close, high, dan low. Pada candle A, harga close (penutupan) berada di bawah harga open (pembukaan). Kondisi tersebut menunjukkan adanya penurunan harga, karena itu candle A disebut sebagai bearish candle. Sebaliknya, pada candle B, harga close (penutupan) berada di atas harga open (pembukaan). Kondisi tersebut menunjukkan adanya kenaikan harga, karena itu candle B disebut sebagai bullish candle. Setiap bagian dari sebuah candle memiliki nama/istilah. Untuk lebih jelasnya perhatikan ilustrasi berikut.
Bentuk solid persegi panjang yang merupakan bagian dari candle yang terbentuk dari harga open dan close disebut body, sedangkan garis lurus yang berada di atas atau di bawah harga open atau close disebut shadow. Shadow yang berada dibagian atas candle disebut upper shadow dan yang berada dibawah candle disebut lower shadow. Bagi Anda yang sudah pernah trading forex, sudah pasti Anda dapat membaca dan mengerti sebuah candle dalam rangkaian grafik. Buat Anda yang masih baru dalam trading, saya akan memberikan satu ilustrasi lagi untuk memudahkan Anda mengerti.
Dibawah merupakan contoh gambar 3 buah candle pada grafik EUR/USD dalam timeframe 15 menit.
Pada ilustrasi di atas terdapat 3 buah candle dalam timeframe 15 menit. Berarti 3 candle tersebut menunjukkan pergerakan harga EUR/USD selama 45 menit. Di menit pertama (candle pertama) harga EUR/USD dibuka di level 1.2344, selama rentang waktu 15 menit harga bergerak mencapai posisi tertinggi di 1.2350 dan terendah di level 1.223 dan pada menit ke 15 harga ditutup di level 1.2301. Karena harga close < harga open maka yang terbentuk pada 15 menit pertama adalah bearish candle. Pada menit ke 16
(candle ke 2) harga dibuka di level 1.2310, selama rentang waktu 15 menit harga tidak mampu menembus naik melewati level 1.2310 dan mencapai level terendah di 1.2270 dan kemudian pada menit ke 30 harga ditutup di level 1.2283. Karena harga close < harga open maka yang terbentuk pada 15 menit kedua adalah bearish candle. Pada menit 31 (candle ke 3) harga dibuka di level 1.2301 selama rentang 15 menit harga sempat menyentuh level terendah di 1.2283 dan mencapai level tertinggi di harga 1.2323, dan pada menit ke 45 harga ditutup di level 1.2318. Pada candle ketiga, karena harga close > harga open maka yang terbentuk adalah bullish candle.
Ilustrasi dan penjelasan di atas hanyalah bentuk sederhana dari pergerakan harga dalam grafik. Pada kenyataan dalam trading, pergerakan harga dalam grafik candlestick banyak menghasilkan candle dengan beragam bentuk, banyak diantaranya yang memberikan signal dan arti tertentu yang dapat membantu kita mengetahui perilaku market. Meskipun dapat dengan jelas memberikan signal-signal tertentu, namun penggunaan bentuk pattern dan formasi candlestick untuk eksekusi trading tetap memerlukan konfirmasi dari beberapa indicator lain. Untuk lebih memperdalam pengetahuan Anda tentang Candlestick, saya sangat menyarankan Anda untuk membaca buku The Candlestick Course karya dari Steve Nisson.
2. Trend
Trend dapat diartikan sebagai arah pergerakan harga dari sebuah komoditas. Dalam forex, trend adalah arah pergerakan harga nilai tukar dari sebuah mata uang.
Berdasar rentang waktunya trend dibedakan menjadi 3, yaitu:
- Short term trend = tren pergerakan harga dalam waktu yang relative singkat, umumnya hanya dalam hitungan hari
- Intermediete trend = tren pergerakan harga dalam jangka waktu menengah, umumnya dalam hitungan hari atau minggu.
- Long term trend = tren pergerakan harga dalam kurun waktu yang lama, umumnya dalam hitungan bulan.
- Up trend, yaitu tren dengan pergerakan harga naik.
- Down trend, yaitu tren dengan pergerakan harga turun
- Sideways, yaitu tren dengan pergerakan harga menyamping dan bergerak dalam range harga tertentu.
![]() |
Contoh dari up trend dari pergerakan harga EUR/USD |
![]() |
Contoh down trend dari pergerakan harga EUR/USD |
![]() |
Contoh sideways dari pergerakan harga EUR/USD |
Beberapa poin penting yang harus Anda ketahui tentang trend dan kaitannya dengan trading forex adalah sebagai berikut:
- Trend is your friend
Ungkapan ini memang terdengar klise, namun pernyataan tersebut pada kenyataannya memang benar. Jangan sekali-kali berpikir untuk trading melawan tren, meskipun Anda memiliki dana yang sangat besar. Sebesar apapun dana yang Anda miliki tidak akan mampu dan cukup untuk menggerakkan harga melawan tren yang terjadi. Perlu diketahui bahwa untuk menggerakkan harga naik atau turun beberapa pip (poin) membutuhkan dana dalam jumlah puluhan juta dollar. Secara tidak langsung tren merupakan representasi dari komposisi supply and demand di market pada saat itu. Saat harga suatu mata uang berada dalam kondisi uptrend, hal tersebut menunjukkan bahwa demand (permintaan) akan mata uang tersebut sangat tinggi,
karena itu harga terus bergerak naik. Sebaliknya dalam downtrend, hal tersebut menunjukkan bawah demand sangat rendah dan supply terus bertambah, karena itu harga cenderung terus bergerak turun.
- Higher high and higher low merupakan identifikasi awal untuk uptrend - lower high and lower low merupakan identifikasi awal untuk downtend.
Coba Anda perhatikan kembali contoh dari uptrend dari grafik EUR/USD pada gambar di atas. Saya akan menampilkan kembali dengan lebih focus pada beberapa candle tertentu.

Perhatikan awal dari uptrend (area yang dilingkari) dan perhatikan gambar di bawah ini.

Pada gambar diatas saya telah menandai beberapa candle. Keempat candle yang saya tandai dengan huruf merupakan candle yang berada pada area awal yang ditandai dengan lingkaran merah pada gambar sebelumnya. Perhatikan candle A, B, C, dan D. Garis merah merupakan low (harga terendah) dan garis biru menunjukkan high (harga tertinggi). Jika diamati candle B memiliki higher high dan higher low dari candle A, candle C memiliki higher high dan higher low dari candle B, dan candle D memiliki higher high dan higher low dari candle C. Seperti yang kita lihat pada gambar, setelah candle A, B, C, dan D, harga bergerak uptrend. Berdasar pengamatan di atas, kita harus mewaspadai jika terjadi higher high dan higher low pada beberapa candle karena hal tersebut dapat mengindikasikan sedang terjadi pergerakan uptrend. Atau sebaliknya, kita juga harus waspada jika terjadi lower high, dan lower low, karena hal tersebut dapat mengindikasikan downtrend.
- Waspadai Sideways
Seperti Anda ketahui bahwa dalam kondisi sideways, harga bergerak naik turun di level tertentu, tidak dapat menembus level support dan resistance. Berikut beberapa fakta yang harus Anda ketahui ketika harga bergerak sideways.
- Tidak adanya momentum (baik secara teknikal atau fundamental) yang mampu membuat harga menembus level support atau resistance.
- Kondisi sideways juga dapat menunjukkan bahwa semua trader atau investor sedang menepi (menahan diri dan menghindari melakukan eksekusi trading). Hal tersebut umumnya dikarenakan bakal adanya pengumuman kebijakan atau berita politik/ekonomi yang memiliki efek sangat besar terhadap pergerakan mata uang. Kondisi sideways juga dapat terjadi saat seseorang dengan pengaruh yang sangat kuat akan memberikan press conference atau pidato tentang kebijakan ekonomi/politik tertentu.
- Dengan eksekusi trading yang cukup baik kita dapat memanfaatkan kondisi sideways untuk memperoleh profit. Kenapa? Karena dalam kondisi sideways harga cenderung bergerak dalam batasan support dan resistance. Namun Anda harus tetap mengantisipasi adanya momen yang dapat membuat harga menembus level support dan resistance.
Dalam kaitannya dengan technical analysis, indicator dapat diartikan sebagai perhitungan matematis yang didasarkan pada pergerakan harga. Indicator sangat berguna untuk membantu memprediksi pergerakan harga. Jenis dan bentuk indikator sangat beragam, contohnya seperti: moving average, bolinger band, commodity channel index, average true range, bear power, bull power, moving average convergence divergence (MACD), momentum, relative strength index, stochastic oscillator, gator oscillator,
fractal, dan masih banyak indicator lainnya.
Jika ingin membahas dan menjelaskan semuanya, mungkin diperlukan satu buku sendiri untuk membahasnya. Karena itu saya hanya akan membahas beberapa indicator penting yang nantinya dipakai dalam Golden Wave Trading Method. Indicator tersebut antara lain: Moving average, Bolinger Band, Stochastic Oscillator, Momentum, RSI (relative strength index), dan MACD (moving average convergence divergence).
Moving Average
Moving Average adalah nilai rata-rata suatu mata uang dalam periode waktu tertentu. Moving average biasanya digunakan untuk menentukan momen untuk melakukan eksekusi atau menentukan area support dan resistance. Berikut merupakan contoh penggunaan moving average.
![]() |
Contoh Moving Average |
Bolinger Band
Bolinger Band adalah sebuah teknikal indikator yang membuat 2 buah alur terpisah dari sebuah simple moving average yang berada di tengah-tengahnya.
![]() |
Contoh Bolinger Band |
Indikator bolinger band biasanya muncul pada grafik pergerakan harga, seperti yang tampak pada gambar di atas. Pertanda dari bolinger band yang sangat berguna dalam trading adalah sebagai berikut:
- Pergerakan harga yang tajam dan tiba-tiba dapat terjadi setelah kedua garis luar merapat (menguncup ke tengah).
- Saat pergerakan harga menembus garis terluar, maka pergerakan harga yang terjadi cenderung berlanjut
- Pergerakan harga yang dimulai dari salah satu sisi garis bolinger band umumnya akan menyentuh sisi garis bolinger band yang lain.
Stochastic Oscillator
Stochastic Oscillator merupakan teknikal indikator yang membandingkan harga penutupan (close price) terhadap range harga dalam suatu periode waktu tertentu.
![]() |
Contoh Stochastic Oscillator |
- Lakukan Buy (long) ketika 2 garis berada di bawah level 20 dan akan berbalik naik, dan lakukan sell (short) ketika 2 garisberada di atas level 80 dan akan berbalik turun.
- Lakukan Buy (long) ketika garis solid (warna biru) memotong dan berada di atas garis putus-putus (warna merah), lakukan sell (short) ketika garis solid (warna biru) memotong dan berada dibawah garis putus-putus (warna merah).
- Lakukan entry (buy atau sell) saat terjadi divergence, yaitu kondisi dimana harga membuat beberapa high atau low baru, namunstochastic gagal untuk menembus level tertinggi atau terendah sebelumnya.
Momentum
Momentum merupakan teknikal inikator yang mengukur akselerasi pergerakan harga.
![]() |
Contoh Momentum |
Seperti tampak pada gambar di atas, momentum digambarkan dalam sebuah garis. Pada umumnya beberapa cara menggunakan momentum adalah sebagai berikut:
- Buy saat momentum mencapai bottom dan berbalik naik, dan sell saat momentum mencapai puncak dan berbalik turun
- Saat momentum mencapai nilai sangat tinggi atau sangat rendah (berdasar data historicalnya) maka kemungkinan besar yangterjadi adalah tren akan berlanjut.
Relative Strength Index (RSI)
RSI adalah teknikal indikator yang membandingkan besaran keuntungan dan kerugian sebagai usaha untuk menentukan kondisi overbought atau oversold dari suatu asset.
![]() |
RSI |
Hampir sama dengan momentum, RSI tampil dalam bentuk garis. Indikator RSI juga memiliki batasan level seperti stochastic oscillator yang berbentuk garis putus-putus berwarna putih dengan batasan angka 30 pada bagian bawah dan 70 pada bagian atas. Beberapa cara untuk menggunakan RSI adalah sebagai berikut:
- RSI umumnya membentuk top di atas level 70 dan bottom di bawah level 30, dan umumnya hal tersebut mendasari terbentukyatop atau bottom pada grafik harga.
- RSI terkadang membentuk pattern grafik seperti head & shoulder, triangle atau bentuk pattern grafik lainnya.
- Divergence yaitu saat dimana harga membuat high atau low baru namun tidak diikuti oleh high atau low baru pada RSI. Dalam kondisi demikian harga cenderung berbalik arah dan mengikuti arah RSI.
Moving Average Convergance Divergance
MACD adalah indikator dinamis yang mengikuti trend dan menunjukkan hubungan antara 2 buah moving average (exponential moving average).
![]() |
Contoh MACD |
Seperti Anda perhatikan di atas, indikator MACD terdiri dari garis putih vertical (MACD) dan garis putus-putus merah atau yg disebut dengan signal line.
Secara umum MACD digunakan dengan cara sebagai berikut:
- Crossover yaitu saat MACD jatuh di bawah signal line (garis putus-putus merah) maka itu menunjukkan bearish signal danwaktunya untuk sell. Sebaliknya saat MACD naik di atas signal line, maka itu menunjukkan bullish signal dan waktunya untuk buy.
- Menentukan overbought dan oversold yaitu dengan cara melihat saat MACD jatuh/naik dengan ekstrem, itu menunjukkan kondisi oversold atau overbought dan harga cenderung untuk berbalik arah
- Divergence, yaitu saat MACD berhasil membuat high atau low baru namun pergerakan harga gagal membuat high atau low baru. Hal terebut dapat mengindikasikan berakhirnya sebuah tren dan harga akan berbalik arah.